Gara-gara Babe Achiang, Teddy MCR pemilik toko variasi motor di Sunter, Jakarta Utara, langsung jatuh hati sama café racer. Ngomong-ngomong, siapa tuh Babe Achiang. Kenalin atau kenalan dulu boleh, nggak? Jelas lobeh alias boleh. Babe Achiang itu mekanik senior from Gg. Betet, Jembatan Lima, Jakarta Kota.
Ya sudah, kita lanjut ngomongin Teddy yang ingin segera membangun CB miliknya. Teddy buru-buru cari barang guna mendukung gaya. “Kebetulan dapat mesin komplet Honda CB 100 tipe K3 tahun 1975,” ujar Teddy senang.
Langsung jeroan diganti baru, pokoknya sampai mesin hidup. Namun untuk mendapatkan karburator, perlu perjuangan ekstra. Duitnya juga ekstra karena kudu mencari karbu ori yang bisa ditebus. Pokoknya ekstra tapi nggak pake jos segala.
Ya sudah, kita lanjut ngomongin Teddy yang ingin segera membangun CB miliknya. Teddy buru-buru cari barang guna mendukung gaya. “Kebetulan dapat mesin komplet Honda CB 100 tipe K3 tahun 1975,” ujar Teddy senang.
Langsung jeroan diganti baru, pokoknya sampai mesin hidup. Namun untuk mendapatkan karburator, perlu perjuangan ekstra. Duitnya juga ekstra karena kudu mencari karbu ori yang bisa ditebus. Pokoknya ekstra tapi nggak pake jos segala.
Juga berburu sampai luar negeri. Waktu jalan ke Thailand, Teddy sempat berburu barang CB100. Di sana ada tangki asli masih baru. Namun sayang harga yang ditawarkan masih selangit. Gosipnya sih, di Negeri Gajah Putih itu barang Honda CB 100 banyak dicari orang Amrik.
Ketimbang beli mahal, Teddy akhirnya memanfaatkan barang bekas saja. “Jadinya tangki CB100 dibentuk hasil kolaborasi dari tiga wadah besin bekas yang rusak dan dibikin jadi bagus kembali,” ujar ayah dua anak ini. Sekalian bikin juga ekor model buntut tawon yang jadi ciri café racer sesungguhnya. Meniru dari kepunyaan Achiang.
Masalah rangka bikin bingung. Karena sudah dicari kemana-mana, sasis CB100 dimaksud nggak ketemu. Jadi, sebagai gantinya pakai dari Honda GL100. Kebetulan dudukan sama, cuma punya perbedaan dimensi. Lebih panjang dari Honda CB 100.
Tinggal knalpot yang belum ada. Cari sana, cari sini taunya Paul Gunawan dari komisi teknik roda dua PP IMI masih simpan knalpot orisinal CB100. Sedang untuk urusan merakit, tetap dilakukan di bengkel Babe Achiang.
“Kalau begitu, tengkyu buat Om Paul dan Babe Achiang,” tutup Teddy.
Ketimbang beli mahal, Teddy akhirnya memanfaatkan barang bekas saja. “Jadinya tangki CB100 dibentuk hasil kolaborasi dari tiga wadah besin bekas yang rusak dan dibikin jadi bagus kembali,” ujar ayah dua anak ini. Sekalian bikin juga ekor model buntut tawon yang jadi ciri café racer sesungguhnya. Meniru dari kepunyaan Achiang.
Masalah rangka bikin bingung. Karena sudah dicari kemana-mana, sasis CB100 dimaksud nggak ketemu. Jadi, sebagai gantinya pakai dari Honda GL100. Kebetulan dudukan sama, cuma punya perbedaan dimensi. Lebih panjang dari Honda CB 100.
Tinggal knalpot yang belum ada. Cari sana, cari sini taunya Paul Gunawan dari komisi teknik roda dua PP IMI masih simpan knalpot orisinal CB100. Sedang untuk urusan merakit, tetap dilakukan di bengkel Babe Achiang.
“Kalau begitu, tengkyu buat Om Paul dan Babe Achiang,” tutup Teddy.
Modif Honda CB100 1975 (Jakarta) Jatuh HatiDATA MODIFIKASI
Ban Batllax 80/90-17
Pelek Honda LS125
Sok belakang Binter Merzy
Sok depan Full set Honda NSR150-SP
Cakram belakang Honda NSR150-SP
Cakram depan TZM
Master rem KTM125
Kepala babi Brembo
Takometer Koso
Telepon (021) 65301965
(motorplus)
